The Shattered Light-Chapter 46: – Bayangan di Balik Pohon

If audio player doesn't work, press Reset or reload the page.

Chapter 46 - – Bayangan di Balik Pohon

Matahari merangkak naik perlahan, namun kabut tipis tetap enggan meninggalkan hutan yang mengelilingi pos. Udara lembap membuat pakaian terasa melekat di tubuh, sementara bau dedaunan basah bercampur samar dengan aroma anyir darah yang tertinggal dari pertempuran sebelumnya. Ranting-ranting patah berserakan di sekitar pos, mengingatkan mereka bahwa tempat ini pernah menjadi saksi pertumpahan darah.

Kaelen berdiri di dekat pagar kayu yang mulai lapuk, pandangannya tajam mengamati lebatnya pepohonan di sekeliling. Seolah ada sesuatu yang bersembunyi di balik semak-semak, menanti saat yang tepat untuk menerkam.

"Jangan berdiri di sana terus. Kau membuatku ikut tegang," suara Varrok datang dari belakang. Wajahnya terlihat lelah, namun matanya tetap waspada.

Kaelen tersenyum tipis. "Aku hanya merasa... ada yang tidak beres. Hutan ini terlalu sunyi."

Varrok menepuk bahunya. "Kita semua merasakannya. Tapi jangan biarkan itu menguasai pikiranmu. Mereka butuh pemimpin yang tenang."

Kaelen mengangguk, meski rasa was-was tak juga surut.

Tak jauh dari sana, Serina sedang membersihkan busurnya dengan gerakan perlahan. Di sebelahnya, Lyra sedang menajamkan ujung anak panah dengan wajah murung. Ada ketegangan di antara mereka yang sulit diabaikan.

"Apa kau tidur nyenyak tadi malam?" tanya Serina pelan, mencoba mencairkan suasana.

Lyra menggeleng. "Tidak. Aku merasa ada yang mengintai dari kegelapan. Kau?"

Serina menatap api unggun yang mulai padam. "Aku juga. Aku bermimpi buruk tentang Kaelen. Aku takut dia... akan menghilang seperti yang lain."

Sebelum pembicaraan semakin jauh, Kaelen mendekat.

"Ada masalah?" tanyanya sambil duduk di antara mereka.

Serina tersentak kecil, buru-buru meletakkan busurnya. "Tidak. Kami hanya... membicarakan mimpi buruk."

Kaelen tersenyum kecil, namun ia bisa merasakan kegelisahan mereka.

Saat itu, Rhal datang dengan napas sedikit terburu. "Aku baru dari tim penjaga di timur. Mereka menemukan jejak kaki asing di dekat jebakan kita. Tapi jejak itu hilang di tengah kabut."

Kaelen mengerutkan kening. "Manusia? Atau... sesuatu yang lain?"

Rhal mengangkat bahu. "Sulit dipastikan. Tapi mereka yakin ada yang mengawasi."

Varrok yang sejak tadi mendengar langsung mendekat. "Aku akan membentuk tim pengintai. Aku butuh dua orang untuk ikut."

"Aku ikut," kata Balrik dengan suara mantap, tangannya sudah menggenggam gagang kapaknya.

"Aku juga," sahut Joren.

Kaelen menatap mereka serius. "Jangan sampai terpisah. Jika ada yang mencurigakan, kembali. Jangan bertindak gegabah."

Varrok tersenyum singkat. "Aku tahu, Kaelen. Aku mengajarimu itu dulu, ingat?"

Senyum kecil terukir di wajah Kaelen, meskipun kekhawatiran tetap menghantui pikirannya.

Setelah tim pengintai bergerak masuk ke dalam hutan, Kaelen duduk kembali bersama Serina dan Lyra. Ia melirik ke arah Serina yang tampak ingin mengatakan sesuatu.

"Menurutmu ini jebakan?" tanya Lyra dengan suara lirih.

Kaelen menghela napas. "Mungkin. Tapi kita tak bisa menutup mata. Kita harus tahu apa yang terjadi di luar sana."

Serina menatap Kaelen, ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya berkata, "Kalau keadaan memburuk... kita tetap bersama, kan?"

Kaelen tersenyum, meski hatinya terasa berat. "Ya. Apa pun yang terjadi, kita bersama."

Follow current novels on ƒreewebηoveℓ.com.

Namun, jauh di dalam kegelapan hutan, Garel bersembunyi di balik semak-semak. Matanya mengamati setiap pergerakan di pos dengan cermat. Ia menanti sesuatu—perintah, atau mungkin waktu yang tepat untuk bertindak.

Tak jauh dari tempatnya bersembunyi, bayangan hitam melintas cepat di antara pepohonan. Jejaknya nyaris tak terlihat, hanya dedaunan yang sedikit bergetar menjadi tanda keberadaannya.

Menjelang senja, Kaelen berdiri di atas menara pengawas. Angin dingin menerpa wajahnya. Hutan di hadapannya perlahan ditelan kegelapan. Dia tahu, bahaya semakin dekat.

Dan kali ini, ia merasa musuhnya bukan hanya datang dari luar, melainkan juga bisa saja ada di tengah-tengah mereka sendiri.