The Shattered Light-Chapter 54: – Kebenaran di Balik Bayangan
Chapter 54 - – Kebenaran di Balik Bayangan
Kabut pagi masih menyelimuti pos kecil itu. Udara dingin menggigit kulit, membuat semua orang mengeratkan jubah mereka lebih rapat. Kaelen berdiri di dekat gerbang, matanya menyapu sekeliling hutan yang diam membisu. Malam tadi tak ada serangan, tapi ketegangan di udara terasa semakin tebal. Perasaan diawasi seolah terus menghantuinya.
Varrok menghampiri dengan langkah berat. Wajahnya dipenuhi garis lelah.
"Bagaimana kondisi penjagaan?" tanya Kaelen pelan.
"Semua tetap waspada. Tapi aku melihat beberapa prajurit mulai menunjukkan rasa takut yang berlebihan," jawab Varrok sambil melirik ke arah Balrik yang duduk di sudut, menggenggam pedangnya erat-erat. Matanya liar, seperti binatang yang terjebak.
Kaelen mengangguk. "Kita tak bisa membiarkan rasa takut menguasai mereka. Tapi aku juga tak bisa mengabaikan... ada sesuatu yang salah di sini."
"Garel?" tebak Varrok.
Kaelen menatap Varrok lekat-lekat. "Dia mencatat segalanya. Bahkan hal-hal yang menurutku tak perlu. Dan tadi malam, aku melihatnya berbicara pelan dengan salah satu prajurit yang baru bergabung. Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi aku merasa itu bukan percakapan biasa. Dan sebelum itu, aku pernah melihat dia berkeliaran di sekitar tenda penyimpanan tengah malam. Saat aku mendekat, dia pergi begitu saja, seakan menghindar."
Varrok menghela napas berat. "Kalau begitu, kita harus hati-hati. Tapi jangan sampai kita salah langkah. Jika dia memang pengkhianat, kita akan bongkar kebusukannya. Tapi kalau tidak... perpecahan akan menghancurkan kita sebelum musuh sempat menyerang."
Kaelen mengangguk. Ia tahu Varrok benar. Namun, instingnya terus berteriak agar ia tidak mengabaikan ancaman itu.
Siang menjelang, dan Kaelen mengumpulkan beberapa orang kepercayaannya: Varrok, Rhal, Serina, Lyra, dan Balrik.
New n𝙤vel chapters are published on novelbuddy.cσ๓.
"Aku ingin kita mulai mengamati Garel lebih dekat. Jangan terlalu mencolok. Kita butuh bukti, bukan sekadar kecurigaan. Rhal, kau tetap di dekatnya siang ini. Lihat apa saja yang dia lakukan. Varrok, aku ingin kau berbicara dengan prajurit baru yang kulihat bersama Garel semalam. Cari tahu apa yang mereka bicarakan. Serina dan Lyra, kalian bantu mengawasi perimeter. Kita harus tetap waspada terhadap serangan mendadak."
Semua mengangguk. Namun, Lyra terlihat sedikit menegang. Ia memandang sekilas ke arah Serina yang berdiri di samping Kaelen. Ada ketegangan di antara mereka yang tak bisa diabaikan.
Saat semua bubar, Lyra mendekat pada Kaelen.
"Kaelen... aku hanya ingin memastikan... Kau baik-baik saja?" suaranya lembut, namun ada kecemasan terselip di sana.
Kaelen tersenyum samar. "Aku baik. Aku hanya ingin semuanya selamat. Termasuk kau."
Lyra tersipu, tapi segera mengalihkan pandangannya. Hatinya berdebar, namun ia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan perasaannya.
Di sudut pos, Rhal mengikuti Garel dari kejauhan. Garel tampak sibuk menulis di perkamen, sesekali melihat ke arah utara, seakan menunggu sesuatu. Rhal berusaha terlihat biasa saja, tapi ia mencatat setiap gerak-gerik pria itu di benaknya.
Sementara itu, Varrok berhasil berbincang dengan prajurit baru, seorang pemuda bernama Edran. Awalnya Edran terlihat gugup, namun setelah beberapa menit, ia mulai berbicara lebih terbuka.
"Garel hanya menanyakan soal keluargaku dan dari mana aku berasal. Dia... ramah. Tapi, aku merasa dia terlalu ingin tahu. Bahkan dia bertanya hal-hal detail seperti bagaimana aku bisa masuk ke pasukan ini, siapa yang mengundangku..." Edran menunduk. "Jujur saja, aku merasa aneh."
Varrok menepuk bahu pemuda itu. "Tetap waspada, Edran. Jika ada yang mencurigakan, langsung lapor padaku atau Kaelen."
Menjelang sore, Kaelen berkumpul lagi dengan Varrok dan Rhal. Mereka berbagi informasi. Kecurigaan terhadap Garel semakin kuat.
"Kita masih belum punya bukti konkret, tapi pola ini terlalu mencurigakan," kata Kaelen.
"Aku rasa kita harus bicara langsung dengannya, tapi dengan cara yang membuatnya merasa aman," usul Varrok.
"Aku akan melakukannya," kata Kaelen mantap.
Malam itu, Kaelen mendekati Garel yang duduk sendirian di dekat api unggun, masih mencatat di perkamennya.
"Garel, bolehkah kita bicara sebentar?" tanya Kaelen dengan nada ramah.
Garel mengangkat wajahnya, tersenyum tipis. "Tentu, Kaelen. Ada apa?"
Kaelen duduk di sampingnya. "Aku ingin tahu pendapatmu tentang situasi kita. Kau selalu mencatat banyak hal. Aku pikir, mungkin kau punya pandangan yang bisa membantu kita."
Garel tersenyum lebih lebar, seakan merasa dihargai. "Aku hanya mencoba memahami semuanya, Kaelen. Aku ingin membantu. Tapi... aku juga melihat ada ketegangan di antara kita. Aku khawatir, rasa curiga bisa membuat kita runtuh dari dalam sebelum musuh menyerang."
Kaelen mengangguk, memperhatikan setiap ekspresi pria itu. Kata-katanya masuk akal, tapi tetap ada sesuatu yang janggal.
"Aku juga berpikir begitu. Itu sebabnya aku ingin memastikan semua baik-baik saja," balas Kaelen.
Obrolan itu berlangsung beberapa menit, tetapi Kaelen tahu, ini baru awal. Garel terlalu licin untuk membuat kesalahan dalam satu percakapan.
Saat Kaelen kembali ke tendanya, Serina menunggunya di depan pintu.
"Kau bicara dengannya?" tanyanya pelan.
Kaelen mengangguk. "Dia tenang. Terlalu tenang. Aku tak tahu apakah aku semakin curiga atau hanya terlalu lelah."
Serina menggenggam tangan Kaelen. "Kau tak sendirian. Kami semua di sini bersamamu. Aku... aku di sini bersamamu."
Kaelen menatap Serina dalam-dalam. Di balik kekhawatiran, ia merasakan sesuatu yang hangat. Namun, lagi-lagi, ia teringat Lyra. Hatinya kembali kacau.
Di kejauhan, Lyra memperhatikan momen itu dengan pandangan pilu, namun ia segera berpaling, menelan perasaannya dalam diam.
Malam semakin larut. Kabut turun lebih pekat dari biasanya. Dari kejauhan, terdengar suara gemerisik di hutan, diikuti desiran samar seperti langkah kaki yang mengendap.
Kaelen terbangun dan keluar dari tendanya. Ia menajamkan pandangan, namun tak melihat apa-apa.
Namun, perasaan itu... Perasaan diawasi itu tak pernah hilang.
Ia tahu, sesuatu akan segera terjadi. Dan ia harus siap menghadapinya.