Previous chapter:
Chapter 169: – Garis yang Mulai Retak
Next chapter:
Chapter 171: – Di Antara Bara dan Bayangan
PREVIEW
... areth. Angin berdesir lembut di antara reruntuhan ladang gandum yang hangus. Cahaya bulan terpantul di ujung pedang yang digenggam erat, namun tak satu pun dari mereka berbicara. Semua tahu ini bukan operasi biasa.
Kaelen berdiri di depan bangunan setengah runtuh, jantungnya berdetak lebih keras dari biasanya.
“Bau darah masih segar,” gumam Alden di sebelahnya.
Kaelen mengangguk, matanya menyapu puing-puing. “Terlalu sunyi. Mereka menunggu.”
Suara dari balik rerun ...
YOU MAY ALSO LIKE