Previous chapter:
Chapter 179: – Bayangan yang Kembali
Next chapter:
Chapter 181: – Tanah yang Terluka Tapi Bernyawa
PREVIEW
... dan kenangan yang berkarat. Kota ini dulu adalah permata kerajaan manusia—pusat kebijaksanaan, pusat harapan. Kini, hanya batu patah dan pilar lapuk yang tersisa.
Kaelen berdiri di tengah alun-alun yang pernah dipenuhi pasar dan musik. Kini sunyi, hanya ditemani suara gemerisik daun dan debu yang beterbangan.
Ia memejamkan mata.
“Kaelen?” suara Lyra memanggil pelan dari kejauhan. Ia datang dengan jubah abu-abu yang tertutup debu perjalanan. “Kau yakin ini tempatnya?”
YOU MAY ALSO LIKE