Previous chapter:
Chapter 184: – Penyamaran Jiwa
Next chapter:
Chapter 186: – Terowongan Tulang dan Dinding Dendam
PREVIEW
... an, bukan karena angin, tapi karena sesuatu yang lebih dalam—lebih kuno. Dunia seolah menahan napas. Di bawah langit kelam itu, Kaelen berdiri menghadap utara, di mana Ordo Cahaya membangun markas terakhirnya.
Angin membawa aroma besi, darah, dan arang. Seperti tanda bahwa dunia tahu perang akan pecah.
“Berapa orang yang kita punya?” tanya Kaelen, suaranya berat.
Alden membuka gulungan peta kasar yang dicoret-coret dengan bara hangus. “Tiga ratus lima puluh orang yang bis ...
YOU MAY ALSO LIKE